Sore itu, rabu (26/09), Pak
Sugito sedang menyelesaikan pekerjaan rumahnya ketika cucunya, Adi,
memanggilnya. Pak Sugito dengan pakaian santai berwarna hitam dengan celana
panjang pun menghampiri kami yang sengaja datang ke rumahnya sore itu. Sambutan
yang ramah dari kesederhanaan Pak Sugito. Kemudian Ia mempersilahkan kami untuk
duduk.
Sesaat kemudian, Adi kembali ke
dalam ruangan bersama dengan 3 gelas es teh di kedua tangannya. Kami bertiga
dengan Pak Sugito pun memulai perbincangan kami. Sore itu kami sengaja mampir
ke kediaman Pak Sugito yang terletak di Jalan Ndorowati Raya RT/RW 05/08.
Krobokan. Semarang Barat. Semarang untuk mengetahui lebih banyak tentang
profesi Pengasap Ikan.
Pengasap Ikan bukan pekerjaan
yang aneh lagi di telinga masyarakat di sana. Jika mungkin ada beberapa orang
yang baru pertama kali mendengar profesi ini, sebetulnya profesi ini sudah
banyak sekali dilakoni oleh warga wilayah pesisir. Sebagai seorang Pengasap
Ikan, Pak Sugito tahu persis tentang seluk beluk pekerjaan ini. Pak Sugito
sendiri sudah melakoni pekerjaan ini sejak lama. Setelah pensiun sebagai satpam
selama hampir 16 tahun, Pak Sugito beralih profesi menjadi seorang Pengasap
Ikan. Pak Sugito melakoni pekerjaan ini di rumahnya sendiri. Dengan melibatkan
anggota keluarganya, Pak Sugito mengembangkan profesi ini hingga bertahan
sampai sekarang.
Pengasapan Ikan adalah salah satu
proses pengeringan ikan segar yang ditangkap, baik dari laut maupun dari
perairan tawar, sebelum nantinya di jual ke pasar. Pengasapan Ikan sendiri
menerapkan prinsip kerja sederhana. Ikan basah hasil tangkapan dipotong.
Kemudian setelah itu dibersihkan sebanyak 3 kali pembersihan guna menghilangkan
kotoran-kotoran yang keluar akibat dari pemotongan pertama. Setelah bersih lalu
ikan langsung diasap. Proses pengasapan ikan sendiri berjalan selama kurang
lebih 4-5 jam.
Beberapa ikan yang menjadi
favorit para penjual khususnya Pak Sugito ini ada beraneka ragam. Di antaranya
adalah ikan manyung, ikan songot, pari dan ikan tongkol. Berat yang didapat
dari hasi penangkapan pun beraneka ragam. Menurut penuturan Pak Sugito, Ia
pernah mendapatkan pari dengan berat hampir 3 kwintal atau setara dengan 300
kilogram !. untuk ikan manyung pernah didapati dengan berat sekitar 7 kilogram.
Pengasapan sendiri nantinya akan
mereduksi berat dari masing-masing ikan yang diasap. Sesuai dengan prinsip
penyusutan barang ketika dipanaskan. Begitu juga dengan ikan-ikan tersebut.
Penyusutan berat basah ke berat kering setelah pengasapan bisa mencapai 50%
dari berat normal/basah. Adapun umur ikan setelah proses pengasapan selesai
mampu bertahan hingga 2 hari.
Pak Sugito mengaku tidak memakai
bahan pengawet apapun pada ikan hasil pengasapannya untuk mempertahankan
kesegaran dan orisinalitas dari hasil produksinya. Dengan pekerjaan di
kediamannya, Pak Sugito dalam sehari mampu menghasilkan 40-50 kg ikan hasil
pengasapan dari berat basah sekitar 70 kg setiap harinya.
Harga yang ditawarkan dari
masing-masing ikan hasil pengasapan pun bervariasi. Untuk pari misalnya, jika
dijual dengan berat basah harganya sekitar Rp. 12000 / kg. Harga yang diperoleh
setelah proses pengasapan akan mencapai Rp. 25000 – Rp. 30000 / kg. Untuk ikan
manyung dengan berat basah maksimal 7 kg yang pernah didapat, dapat dijual
dengan harga sekitar Rp. 18000 – Rp. 20000 / kg. Harga untuk berat kering dari
ikan manyung sendiri setelah pengasapan mencapai Rp. 40000 – Rp. 45000 / kg.
Untuk ikan songot dengan harga Rp. 12000 – Rp. 14000 / kg untuk berat basah
dapat dijual dengan harga Rp. 35000 / kg setelah pengasapan. Harga ikan tongkol
kurang lebih serupa dengan harga pari di atas.
Penjualan hasil pengasapan ini
sendiri biasa dijual oleh Pak Sugito di Pasar Kobong, Semarang. Pasar ini mulai
aktif beraktivitas pada pukul 19.00 WIB. Selayaknya muara angke di Jakarta,
Pasar Kobong Semarang ini merupakan sentra penjualan hasil laut berupa ikan
se-jawa tengah. Berbagai jenis ikan dapat ditemui di sana dengan harga yang
cukup beragam pula. Setiap hari pasar ini beroperasi. Dan setiap hari pula Pak
Sugito beraktivitas di pasar ini. Pak Sugito menuturkan bahwa ikan bawaannya
jika tidak terjual habis akan dibawa pulang kembali. tentu harga ikan pun akan
berkurang sebesar 50% dari harga semula. Jika tidak dijual murah, maka ikan
tersebut tidak akan dijual kembali dan dibuang.
Selain berprofesi sebagai
Pengasap Ikan, Pak Sugito pun aktif dalam berbagai kegiatan organisasi atau
perkumpulan sepekerjaan dengan orang-orang lain dari seluruh penjuru jawa
tengah. Pak Sugito kerap kali menghadiri diskusi bersama di kantor pusat perikanan.
Adapun kegiatan tersebut meliputi penyuluhan dan pelatihan mengenai pengolahan
hasil-hasil laut, khususnya Ikan tangkap, yang kemudian dapat diolah menjadi
berbagai macam produk olahan. Sejatinya, seluruh komponen dari tubuh ikan harus
dimanfaatkan dengan baik. Melalui proses penggilingan dan sejenisnya, seluruh
bagian tubuh ikan nyatanya mampu diolah.
Pengasap Ikan hanya sebagian
kecil dari beragam profesi masyarakat di wilayah pesisir. Tidak hanya itu,
berbagai proses mengenai olahan hasil laut, khususnya ikan tangkap, juga
menjadi mata pencaharian masyarakat di sana. Hal ini sudah selayaknya menjadi
perhatian kita semua guna mengoptimalkan potensi hasil laut. Dengan dukungan
dari pemerintah pusat misalnya. Beragam fasilitas tambahan dengan revitalisasi
instrumen pendukung akan banyak membantu masyarakat sekitar untuk memaksimalkan
pekerjaan mereka. Dengan pembaharuan tersebut, masyarakat pesisir tidak perlu
lagi bergelut dengan instrumen tradisional yang serba manual. Hasil yang
didapat pun niscaya akan lebih maksimal.
Pada akhirnya, perlu ada peran
nyata dari seluruh pihak yang bergabung bekerja sama guna memaksimalkan
potensi-potensi alam yang tersedia melimpah di laut kita. Agar seluruh sumber
daya yang telah tersedia dapat digunakan dan dioptimalkan dengan baik.
No comments:
Post a Comment