Sunday, 14 October 2012

Pengasapan Ikan


Sore itu, rabu (26/09), Pak Sugito sedang menyelesaikan pekerjaan rumahnya ketika cucunya, Adi, memanggilnya. Pak Sugito dengan pakaian santai berwarna hitam dengan celana panjang pun menghampiri kami yang sengaja datang ke rumahnya sore itu. Sambutan yang ramah dari kesederhanaan Pak Sugito. Kemudian Ia mempersilahkan kami untuk duduk.

Sesaat kemudian, Adi kembali ke dalam ruangan bersama dengan 3 gelas es teh di kedua tangannya. Kami bertiga dengan Pak Sugito pun memulai perbincangan kami. Sore itu kami sengaja mampir ke kediaman Pak Sugito yang terletak di Jalan Ndorowati Raya RT/RW 05/08. Krobokan. Semarang Barat. Semarang untuk mengetahui lebih banyak tentang profesi Pengasap Ikan.

Pengasap Ikan bukan pekerjaan yang aneh lagi di telinga masyarakat di sana. Jika mungkin ada beberapa orang yang baru pertama kali mendengar profesi ini, sebetulnya profesi ini sudah banyak sekali dilakoni oleh warga wilayah pesisir. Sebagai seorang Pengasap Ikan, Pak Sugito tahu persis tentang seluk beluk pekerjaan ini. Pak Sugito sendiri sudah melakoni pekerjaan ini sejak lama. Setelah pensiun sebagai satpam selama hampir 16 tahun, Pak Sugito beralih profesi menjadi seorang Pengasap Ikan. Pak Sugito melakoni pekerjaan ini di rumahnya sendiri. Dengan melibatkan anggota keluarganya, Pak Sugito mengembangkan profesi ini hingga bertahan sampai sekarang.

Pengasapan Ikan adalah salah satu proses pengeringan ikan segar yang ditangkap, baik dari laut maupun dari perairan tawar, sebelum nantinya di jual ke pasar. Pengasapan Ikan sendiri menerapkan prinsip kerja sederhana. Ikan basah hasil tangkapan dipotong. Kemudian setelah itu dibersihkan sebanyak 3 kali pembersihan guna menghilangkan kotoran-kotoran yang keluar akibat dari pemotongan pertama. Setelah bersih lalu ikan langsung diasap. Proses pengasapan ikan sendiri berjalan selama kurang lebih 4-5 jam.
Beberapa ikan yang menjadi favorit para penjual khususnya Pak Sugito ini ada beraneka ragam. Di antaranya adalah ikan manyung, ikan songot, pari dan ikan tongkol. Berat yang didapat dari hasi penangkapan pun beraneka ragam. Menurut penuturan Pak Sugito, Ia pernah mendapatkan pari dengan berat hampir 3 kwintal atau setara dengan 300 kilogram !. untuk ikan manyung pernah didapati dengan berat sekitar 7 kilogram.

Pengasapan sendiri nantinya akan mereduksi berat dari masing-masing ikan yang diasap. Sesuai dengan prinsip penyusutan barang ketika dipanaskan. Begitu juga dengan ikan-ikan tersebut. Penyusutan berat basah ke berat kering setelah pengasapan bisa mencapai 50% dari berat normal/basah. Adapun umur ikan setelah proses pengasapan selesai mampu bertahan hingga 2 hari.

Pak Sugito mengaku tidak memakai bahan pengawet apapun pada ikan hasil pengasapannya untuk mempertahankan kesegaran dan orisinalitas dari hasil produksinya. Dengan pekerjaan di kediamannya, Pak Sugito dalam sehari mampu menghasilkan 40-50 kg ikan hasil pengasapan dari berat basah sekitar 70 kg setiap harinya.

Harga yang ditawarkan dari masing-masing ikan hasil pengasapan pun bervariasi. Untuk pari misalnya, jika dijual dengan berat basah harganya sekitar Rp. 12000 / kg. Harga yang diperoleh setelah proses pengasapan akan mencapai Rp. 25000 – Rp. 30000 / kg. Untuk ikan manyung dengan berat basah maksimal 7 kg yang pernah didapat, dapat dijual dengan harga sekitar Rp. 18000 – Rp. 20000 / kg. Harga untuk berat kering dari ikan manyung sendiri setelah pengasapan mencapai Rp. 40000 – Rp. 45000 / kg. Untuk ikan songot dengan harga Rp. 12000 – Rp. 14000 / kg untuk berat basah dapat dijual dengan harga Rp. 35000 / kg setelah pengasapan. Harga ikan tongkol kurang lebih serupa dengan harga pari di atas.

Penjualan hasil pengasapan ini sendiri biasa dijual oleh Pak Sugito di Pasar Kobong, Semarang. Pasar ini mulai aktif beraktivitas pada pukul 19.00 WIB. Selayaknya muara angke di Jakarta, Pasar Kobong Semarang ini merupakan sentra penjualan hasil laut berupa ikan se-jawa tengah. Berbagai jenis ikan dapat ditemui di sana dengan harga yang cukup beragam pula. Setiap hari pasar ini beroperasi. Dan setiap hari pula Pak Sugito beraktivitas di pasar ini. Pak Sugito menuturkan bahwa ikan bawaannya jika tidak terjual habis akan dibawa pulang kembali. tentu harga ikan pun akan berkurang sebesar 50% dari harga semula. Jika tidak dijual murah, maka ikan tersebut tidak akan dijual kembali dan dibuang.

Selain berprofesi sebagai Pengasap Ikan, Pak Sugito pun aktif dalam berbagai kegiatan organisasi atau perkumpulan sepekerjaan dengan orang-orang lain dari seluruh penjuru jawa tengah. Pak Sugito kerap kali menghadiri diskusi bersama di kantor pusat perikanan. Adapun kegiatan tersebut meliputi penyuluhan dan pelatihan mengenai pengolahan hasil-hasil laut, khususnya Ikan tangkap, yang kemudian dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Sejatinya, seluruh komponen dari tubuh ikan harus dimanfaatkan dengan baik. Melalui proses penggilingan dan sejenisnya, seluruh bagian tubuh ikan nyatanya mampu diolah.

Pengasap Ikan hanya sebagian kecil dari beragam profesi masyarakat di wilayah pesisir. Tidak hanya itu, berbagai proses mengenai olahan hasil laut, khususnya ikan tangkap, juga menjadi mata pencaharian masyarakat di sana. Hal ini sudah selayaknya menjadi perhatian kita semua guna mengoptimalkan potensi hasil laut. Dengan dukungan dari pemerintah pusat misalnya. Beragam fasilitas tambahan dengan revitalisasi instrumen pendukung akan banyak membantu masyarakat sekitar untuk memaksimalkan pekerjaan mereka. Dengan pembaharuan tersebut, masyarakat pesisir tidak perlu lagi bergelut dengan instrumen tradisional yang serba manual. Hasil yang didapat pun niscaya akan lebih maksimal.

Pada akhirnya, perlu ada peran nyata dari seluruh pihak yang bergabung bekerja sama guna memaksimalkan potensi-potensi alam yang tersedia melimpah di laut kita. Agar seluruh sumber daya yang telah tersedia dapat digunakan dan dioptimalkan dengan baik.